Mendengar kata gender dewasa ini masih saja terjadi pro dan kontra. Maraknya gerakan
emansipasi dinilai sebagai perlawanan kaum wanita terhadap suatu tatanan yang
sudah ada selama ini yaitu budaya. Istilah gender, emansipasi, dan feminisme muncul dari dunia Barat. Setelah
Revolusi Amerika pada 1776 dan Revolusi Prancis pada 1792 berkembang pemikiran
bahwa posisi perempuan kurang beruntung daripada laki-laki dalam realitas
sosialnya. Ketika itu, perempuan, baik dari kalangan atas, menengah ataupun
bawah, tidak memiliki hak-hak seperti hak untuk mendapatkan pendidikan,
berpolitik, hak atas milik dan pekerjaan. Oleh karena itulah, kedudukan
perempuan tidaklah sama dengan laki-laki dihadapan hukum.
Kata feminisme dicetuskan pertama kali oleh aktivis sosialis
utopis, Charles Fourier pada 1837. Pada awalnya gerakan ditujukan untuk
mengakhiri masa-masa pemasungan terhadap kebebasan perempuan. Secara umum kaum
feminis merasa dirugikan dalam semua bidang dan dinomorduakan oleh kaum
maskulin dalam bidang sosial, pekerjaan, pendidikan dan politik khususnya
–terutama dalam masyarakat yang bersifat patriaki-. Dalam masyarakat
tradisional yang berorientasi agraris, kaum laki-laki cenderung ditempatkan di
depan, di luar rumah, sementara perempuan di dalam rumah.
Jauh
sebelum dunia Barat menggembor-gemborkan itu semua Islam sudah terlebih dahulu
menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum perempuan. Kita semua, baik itu wanita maupun laki-laki,
bukan hanya harus mengetahui, melainkan juga harus memahami bahwa wanita mempunyai
tugas dan tanggung jawab yang sama seperti halnya laki-laki. Perintah dan
larangan Allah SWT disampaikan tidak hanya kepada laki-laki, tetapi juga kepada
wanita. Begitu pula Allah memberikan pahala atau siksaan. Mari membaca kembali kamus hidup yaitu Al Quran, di sana begitu jelas rinci terpaparkan bagaimana kita harus menghargai perbedaan, bergaul sesama manusia maupun hubungan antara perempuan dan laki-laki. jika telinga kita panas mendengar istilah Barat tentang gender maka mari kita kembalikan pada Al Quran, tapi sebagai perempuan saya juga akan menggugat jika hanya di pandang sebelah mata dan ditempeli stereotip-stereotip yang berkembang di masyarakat. Perempuan dan laki-laki memang harus hidup berdampingan karena mereka saling membutuhkan dan saling melengkapi...marilah berbagi peran dengan baik. Semuanya bisa dikomunikasikan sesuai kesepakatan.
“Jika kamu mendidik seorang laki-laki, sesungguhnya engkau hanya
mendidik satu dari jutaan penduduk bumi. Tapi jika kamu mendidik seorang
perempuan, maka sesungguhnya engkau sedang mendidik sebuah bangsa” (mantan Presiden Tanzania).