Senin, 18 November 2013

Membaca Kembali Emansipasi

       Mendengar kata gender dewasa ini masih saja terjadi pro dan kontra. Maraknya gerakan emansipasi dinilai sebagai perlawanan kaum wanita terhadap suatu tatanan yang sudah ada selama ini yaitu budaya. Istilah gender, emansipasi, dan feminisme muncul dari dunia Barat. Setelah Revolusi Amerika pada 1776 dan Revolusi Prancis pada 1792 berkembang pemikiran bahwa posisi perempuan kurang beruntung daripada laki-laki dalam realitas sosialnya. Ketika itu, perempuan, baik dari kalangan atas, menengah ataupun bawah, tidak memiliki hak-hak seperti hak untuk mendapatkan pendidikan, berpolitik, hak atas milik dan pekerjaan. Oleh karena itulah, kedudukan perempuan tidaklah sama dengan laki-laki dihadapan hukum.
       Kata feminisme dicetuskan pertama kali oleh aktivis sosialis utopis, Charles Fourier pada 1837. Pada awalnya gerakan ditujukan untuk mengakhiri masa-masa pemasungan terhadap kebebasan perempuan. Secara umum kaum feminis merasa dirugikan dalam semua bidang dan dinomorduakan oleh kaum maskulin dalam bidang sosial, pekerjaan, pendidikan dan politik khususnya –terutama dalam masyarakat yang bersifat patriaki-. Dalam masyarakat tradisional yang berorientasi agraris, kaum laki-laki cenderung ditempatkan di depan, di luar rumah, sementara perempuan di dalam rumah.
       Jauh sebelum dunia Barat menggembor-gemborkan itu semua Islam sudah terlebih dahulu menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum perempuan. Kita semua, baik itu wanita maupun laki-laki, bukan hanya harus mengetahui, melainkan juga harus memahami bahwa wanita mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama seperti halnya laki-laki. Perintah dan larangan Allah SWT disampaikan tidak hanya kepada laki-laki, tetapi juga kepada wanita. Begitu pula Allah memberikan pahala atau siksaan. Mari membaca kembali kamus hidup yaitu Al Quran, di sana begitu jelas rinci terpaparkan bagaimana kita harus menghargai perbedaan, bergaul sesama manusia maupun hubungan antara perempuan dan laki-laki. jika telinga kita panas mendengar istilah Barat tentang gender maka mari kita kembalikan pada Al Quran, tapi sebagai perempuan saya juga akan menggugat jika hanya di pandang sebelah mata dan ditempeli stereotip-stereotip yang berkembang di masyarakat. Perempuan dan laki-laki memang harus hidup berdampingan karena mereka saling membutuhkan dan saling melengkapi...marilah berbagi peran dengan baik. Semuanya bisa dikomunikasikan sesuai kesepakatan. 
“Jika kamu mendidik seorang laki-laki, sesungguhnya engkau hanya mendidik satu dari jutaan penduduk bumi. Tapi jika kamu mendidik seorang perempuan, maka sesungguhnya engkau sedang mendidik sebuah bangsa” (mantan Presiden Tanzania).



Rabu, 06 November 2013

Cemburuku

DIA SEORANG PEREMPUAN, SAMA SEPERTIKU

Dari bahasa tubuhnya, aku tau
Dari sorot matanya, aku tau
Ada cinta

Oh..rasanya aku ingin berlari dari semua ini
Ketakutan macam apa yang kuhadapi
Mana mungkin aku takut kehilangan sesuatu yang belum pernah kumiliki
Ketakutan macam apa yang kuhadapi
Mana mungkin aku takut terabaikan oleh seseorang yang sudah terbiasa memalingkan muka dariku Ketakutan macam apa yang kuhadapi

Di pihak mana aku harus berdiri?
Hati siapa yang harus ku jaga?
Karna aku tau ada cinta
Karna aku tau ada luka
Karna aku tau ada dia

 _061113_